Menikmati malam
dengan lagu-lagu karya Sang Maestro Ebiet G. Ade, lagu-lagunya yang bertemakan
kehidupan, alam, sosial sekaligus yang bertemakan religius tak terlewatkan juga
lagu-lagunya yang bertemakan romansa juga kunikmati untuk menemani malamku.
Sebuah lagu berjudul
“maka rekatlah cinta kita” membawaku berandai pada suatu cita-cita dan
harapanku dimasa depan yaitu cita-citaku kelak nanti ketika aku berumah tangga
dengan keluarga kecilku bersama istri dan anak-anakku. Meski demikian lagu ini
justru membuatku gamang bukan karena lagunya melankolis gitu melainkan lagu ini
seolah sebuah tragedi yang begitu klise dengan kehidupanku yang masih me-jomblo
ini.
Mungkin kalo Cuma
jomblo karena takut terjerumus zina itu malah good, lha aku pake status jomblo
biar bisa modusin anak orang bahkan biar dimodusin PASANGAN orang
(uuuppsss…maksudnya pasangan orang) maaf aku orangnya suka ngaco dan becanda
yang pasti aku gak ikut sekte LGBT loh... Intinya biar dapat gebetan yang bisa
dimanfaatin lah. Kenakalan-kenakalan Jones kayak aku emang menjadi bahan nyinyir
olok-olokan para mantan yg berhasil dimodusin. Bahkan sumpah serapaah tujuh
turunan di-Jlebb-kan kepadaku (kebayangkan rasanya gimana…?).
Kembali ke malam
dengan lagu-lagunya om Ebiet yang tam-vuan membuatku seolah-olah ingin segera bubar dari hingar-bingarnya
kehidupanku yang gempar kalo oleh orang2 didengar. Aku sadar apa yang kulakukan
tidak benar namun meninggalkan kehidupanku yang oleh orang banyak sering
dikomentar amat sukar. Namun aku berharap semoga kelak ketika aku menemukan
sang penawar itu adalah kamu, seseorang yang menguatkanku kala imanku
berkurang, seseorang yang mengingatkanku untuk berbuat benar, seseorang yang
sudi menerimaku baik masalaluku, masa sekarangku dan masadepanku, seseorang
dengan segala sikap dan cinta kasihnya tak akan membuatku tega untuk berpaling,
seseorang yang membuatku istiqomah menjalani kewajibanku dan aku yakin itu
adalah dirimu dan engkaulah permaisuriku pendamping hidup sepanjang hayat, tak
pernah letih dan tak bosan menyulam surga.
Tuhan, kelak ketika
Kau mempertemukanku dengan dirinya aku ingin meng-akhiri kenakalanku, aku tak
akan mengulanginya. Demi istri dan anak-anakku kelak aku akan berusaha menjadi
umatmu yang istiqomah mengabdimu dengan segala kepayahan dan kebahagiaanku. Aku
akan berjanji merawat anak-anaku dengan segala titah yang pernah kau firmankan
dan ilhamkan kepada wali-walimu. Aku berjanji akan merawat dan mendidik mereka
dengan ajaran-ajaranmu.
Tuhan pertemukanku
dengan mereka dengan calon istri yang kelak akan melahirkan anak-anakku.
Pertemukanku dengan mereka karena kebahagiaanku adalah kebahagiaan orang-orang
disekelilingku. Emakku dan pakku yang membesarkanku dan mendidikku hingga aku
hampir mendekati kepala tiga seperti saat ini. Maafkanku disela-sela
kehidupanku aku telah banyak berbuat tidak sesuai yang kau ajarkan duhai orang
tuaku.
Sejenak kemudian lagu
“Tetes-Tetes Doaku” Om Ebiet membawaku
pada suatu kehidupan dimana seorang pasangan suami-istri berusaha berjuang
untuk membina kebahagiaan. Betapa sabar dan ikhlasnya tokoh dalam nyanyian Om
Ebiet. Mereka sabar dan ikhlas berjuang untuk meraih kebahagian. Betapa
sulitnya perjuangan tersebut namun dengan didasari dan disadari dengan rasa
iman semuanya kan terasa nikmat bagi mereka.
“Aku dan istriku setiap saat berdoa
Agar Engkau peluk kami berdua
Kami tengah berjuang
Meraih bintang-bintang
Tembus kepekatan mega
Taburkanlah cinta-Mu
Ulurkanlah Kasih-Mu
Puji Kehadirat-Mu …
Amin…”