Senin, 24 Oktober 2016

Menikmati malam dengan lagu-lagu karya Sang Maestro Ebiet G. Ade, lagu-lagunya yang bertemakan kehidupan, alam, sosial sekaligus yang bertemakan religius tak terlewatkan juga lagu-lagunya yang bertemakan romansa juga kunikmati untuk menemani malamku.
Sebuah lagu berjudul “maka rekatlah cinta kita” membawaku berandai pada suatu cita-cita dan harapanku dimasa depan yaitu cita-citaku kelak nanti ketika aku berumah tangga dengan keluarga kecilku bersama istri dan anak-anakku. Meski demikian lagu ini justru membuatku gamang bukan karena lagunya melankolis gitu melainkan lagu ini seolah sebuah tragedi yang begitu klise dengan kehidupanku yang masih me-jomblo ini.
Mungkin kalo Cuma jomblo karena takut terjerumus zina itu malah good, lha aku pake status jomblo biar bisa modusin anak orang bahkan biar dimodusin PASANGAN orang (uuuppsss…maksudnya pasangan orang) maaf aku orangnya suka ngaco dan becanda yang pasti aku gak ikut sekte LGBT loh... Intinya biar dapat gebetan yang bisa dimanfaatin lah. Kenakalan-kenakalan Jones kayak aku emang menjadi bahan nyinyir olok-olokan para mantan yg berhasil dimodusin. Bahkan sumpah serapaah tujuh turunan di-Jlebb-kan kepadaku (kebayangkan rasanya gimana…?).
Kembali ke malam dengan lagu-lagunya om Ebiet yang tam-vuan membuatku seolah-olah  ingin segera bubar dari hingar-bingarnya kehidupanku yang gempar kalo oleh orang2 didengar. Aku sadar apa yang kulakukan tidak benar namun meninggalkan kehidupanku yang oleh orang banyak sering dikomentar amat sukar. Namun aku berharap semoga kelak ketika aku menemukan sang penawar itu adalah kamu, seseorang yang menguatkanku kala imanku berkurang, seseorang yang mengingatkanku untuk berbuat benar, seseorang yang sudi menerimaku baik masalaluku, masa sekarangku dan masadepanku, seseorang dengan segala sikap dan cinta kasihnya tak akan membuatku tega untuk berpaling, seseorang yang membuatku istiqomah menjalani kewajibanku dan aku yakin itu adalah dirimu dan engkaulah permaisuriku pendamping hidup sepanjang hayat, tak pernah letih dan tak bosan menyulam surga.
Tuhan, kelak ketika Kau mempertemukanku dengan dirinya aku ingin meng-akhiri kenakalanku, aku tak akan mengulanginya. Demi istri dan anak-anakku kelak aku akan berusaha menjadi umatmu yang istiqomah mengabdimu dengan segala kepayahan dan kebahagiaanku. Aku akan berjanji merawat anak-anaku dengan segala titah yang pernah kau firmankan dan ilhamkan kepada wali-walimu. Aku berjanji akan merawat dan mendidik mereka dengan ajaran-ajaranmu.
Tuhan pertemukanku dengan mereka dengan calon istri yang kelak akan melahirkan anak-anakku. Pertemukanku dengan mereka karena kebahagiaanku adalah kebahagiaan orang-orang disekelilingku. Emakku dan pakku yang membesarkanku dan mendidikku hingga aku hampir mendekati kepala tiga seperti saat ini. Maafkanku disela-sela kehidupanku aku telah banyak berbuat tidak sesuai yang kau ajarkan duhai orang tuaku.
Sejenak kemudian lagu “Tetes-Tetes Doaku”  Om Ebiet membawaku pada suatu kehidupan dimana seorang pasangan suami-istri berusaha berjuang untuk membina kebahagiaan. Betapa sabar dan ikhlasnya tokoh dalam nyanyian Om Ebiet. Mereka sabar dan ikhlas berjuang untuk meraih kebahagian. Betapa sulitnya perjuangan tersebut namun dengan didasari dan disadari dengan rasa iman semuanya kan terasa nikmat bagi mereka.
“Aku dan istriku setiap saat berdoa
Agar Engkau peluk kami berdua
Kami tengah berjuang
Meraih bintang-bintang
Tembus kepekatan mega
Taburkanlah cinta-Mu
Ulurkanlah Kasih-Mu
Puji Kehadirat-Mu …
Amin…”